Jika kamu pergi, senyum ini untuk siapa lagi? Lalu ke mana larinya
lengkung bibir itu? Hanya menyelinap ke dalam pori-pori mimpi?
Jika kamu pergi, ke mana lagi aku layangkan alunan rindu ini? Ke
telinga Cupid yang sudah lumpuh menembakkan panah cintanya kepadamu? Ke
jari-jari kedinginan yang tak pernah kamu genggam lagi?
Jika kamu pergi, apa lagi yang bisa aku tulis tentang sayang ini?
Tentang ketiadaan kamu? Tentang pundak kosong tak berpenghuni yang
merindukan sandaran kamu?
Jika kamu pergi, akan aku lipat menjadi apa kertas yang biasa aku
buat menjadi burung atau kupu-kupu kesukaanmu? Atau hanya harus kuubah
menjadi mawar yang kelopaknya gugur perlahan? Atau harus kubentuk
menjadi sebuah nisan yang di atasnya tertulis kenangan kita?
Jika kamu pergi, siapa lagi yang aku tunggu menjadi penyemangat di
saat-saat tersulitku? Aku harus menunggu suara burung hantu di tengah
malam, seakan mengejek atas segala kekalahanku? Atau cukup ditemani
keheningan malam, mendinginkan hati?
Jika kamu tak kembali, apalagi yang pantas aku tunggu mengorbankan
sisa waktu hidupku? Menunggu hingga usia menggerogoti jasad ini? Bahkan
dengan bantuan rindu, jiwaku tak akan tersisa.
Kamu, jangan pergi.